Senin, 17 Juni 2013

Sosiologi Olahraga Campuran



1.      a.  olahraga dengan ekonomi
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang.
Nilai ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini, sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan, olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan. Kelas penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi hiburan, bila yang melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat orang mencari uang sambil berolahraga. Dalam alam kapitalisme olahraga dijadikan alat promosi sebuah produk sekaligus pengguna produk.
Organisasi olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era industrialisasi. Pakar sosiologi olahraga Allen Guttman menggambarkan bahwa organisasi olahraga modern saat ini, berdasarkan pengamatannya terhadap perkembangan olahraga sejak zaman Romawi, memiliki tujuh karakteristik yang dominan.
Contoh pertama          : Studi di Austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat menghasilkan pendapatan nasional sebesar AUD $4,8 milyar pertahun, AUD $ 4 milyar dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang AUD$ 1,2 milyar terhadap GOP (Pereira,2004).
Contoh kedua                         : seperti Olympiade Los Angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar.
b. olahraga dan budaya
Manfaat transformasi olahraga dan kebudayaan antara lain: Mendukung program masyarakat sehat, mempererat ikatan sosial masyarakat, menjaga identitas budaya bangsa, kebanggaan kolektif bangsa, daya tarik pariwisata dan mendukung terciptanya masyarakat sejahtera. Transformasi Olahraga tradisional bertujuan untuk mengawali restorasi budaya Indonesia sehingga perlahan memperkokoh jati diri bangsa yang seakan pudar. Manfaat transformasi olahraga tradisional antara lain: Mendukung program masyarakat sehat, mempererat ikatan sosial masyarakat, menjaga identitas budaya bangsa, kebanggaan kolektif bangsa, daya tarik pariwisata dan mendukung terciptanya masyarakat sejahtera.
Contoh pertama          : kegiatan permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak merupakan gerakan gerakan olahraga.
Contoh kedua                         : kegiatan permainan tradisional dapat mengembangkan kebuadayaan sendiri dan memperkenalkan kepada anak-anak agar kebudayaan itu tetap terjaga.
           
c. olahraga dengan politik
Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu.
Contoh pertama          : Ketika pada Piala Dunia 1990 Maradona diangkat oleh Presiden Menem sebagai duta resmi Argentina, maka sang legenda sepak bola Argentina itu menjadi symbol konkret identifikasi antara olahraga dan politik. Pertalian erat antara  olahraga dan politik bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan, bukan hanya dengan  politik. Sebab olahraga memiliki multimakna; sosial, ekonomi, politik atau ideologi, dan kesehatan.
Contoh kedua                         : Diktator Adolf Hitler juga pernah memanfaatkan Federasi Sepak Bola (DFB) untuk  propaganda politik Nazi. Dia mengatakan, ”Orang besar adalah pelari marathon sejarah”. Diktator lainnya, Bennito Mussolini, merasa penting dirinya ditampilkan dalam pose-pose olahraga, seperti sedang bermain anggar, tenis, atau naik kuda. Sebab, menyitir I Bambang Sugiarto (2000), bagi Mussolini, seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan simbol kejantanan sportif. Sedangkan bagi kaum sosialis, olahraga adalah manifestasi penting semangat ideal kolektivisme yang rasional dan higienis.
d.olahraga dengan agama (keyakinan)
Olahraga sangat bervariasi dan sangat bermanfaat. Hal ini sudah dikenal oleh orang-orang terdahulu. Dalam Ath-Thibbun Nabawi (Kedokteran a la Nabi) Ibnul Qayyim mengatakan, “Berkuda, panahan, gulat dan lomba lari adalah olahraga untuk keseluruhan fisik dan mampu menghilangkan penyakit akut”.
Semua itu tidak perlu dilakukan secara rutin setiap hari. Sejumlah pakar mendapatkan bahwa melakukan olahraga 5 kali dalam sepekan sudah cukup untuk mewujudkan tujuan yang dimaksud, dengan syarat, dilakukan dengan rutin.

Isi Kajian
Agama dan olahraga tentunya sangat berkaitan, kedua-duanya saling berhubungan dimana agama berhubungan dengan olahraga dan olahraga berhubungan dengan agama. Keduanya secara tidak langsung tidak dapat dipisahkan hubungan ini bisa dibuktikan dengan sifat-sifat yang ada di dalam olahraga berlandaskan kepada agama, khususnya agama islam. Seperti sifat jujur dalam bertanding,,dalam islam kita di wajibkan untuk selalu jujur juga..lalu karena kita beragama kita juga saling diajarkan untuk saling mengh0rmati maupun menghargai individu lain..dalam olahraga Disini kedua hal tersebut harus seimbang, olahraga itu baik untuk kesehatan dan dengan tubuh yang sehat maka seseorang dapat melakukan ibadah dengan lebih baik. Maka dari itu, selain memiliki jasmani yang sehat, seseorang juga perlu mengimbangi dengan keadaan rohani yang sehat pula, yang dapat dicapai dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seseorang harus sehat jasmani dan juga rohani, karena dalam menjalankan aktifitas kehidupannya Allah telah memberikannya bentuk tubuh beserta fungsinya dengan sempurna dan kita dapat bersyukur dengan selalu menjalankan perintahnya dan juga menjaga tubuh ini dengan baik. Allah SWT menyukai muslim yang kuat, dengan kata lain agama islam menganjurkan setiap umatnya untuk menjadi kuat. kuat rohaninya,maupun jasmaninya.
Untuk mendapatkan rohani yang kuat, kita beribadah. Dan untuk mendapatkan jasmani yang kuat, kita harus berolahraga. Kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar, sedangkan segala keputusan Allah yang menentukan. jadi serajin apapun kita berlatih untuk mencapai target yang diinginkan, apabila tidak di imbangi dengan berdoa dan beribadah semuanya akan sia-sia, dengan kita berdoa insyallah segala sersuatunya pasti akan mendapatkan atau diridhoi oleh allah SWT.
Hubungan antara olahraga dan agama yaitu tentang kejujuran serta keadilan.Agama mengajarkan kita untuk bersikap jujur dan adil. Dalam pertandingan olahraga, peran agamapun sangat penting, seperti sebelum bertanding kita berdoa. Disetiap pertandingan olahraga setiap atletpun menjunjung tinggi sportifitas dan kejujuran,karena tujuan dari olahraga itu sendiri adalah kerendahan dalam kemenangan dan kesetiakawanan dalam kekalahan.Apabila seorang atlet memenangi pertandingan diharapkan dapat rendah diri, dan mampu membangkitkan semangat kepada lawan yang kalah. Seperti sifat rasul yang selalu sederhana tidak pernah sombong dan selalu menyayangi setiap manusia tanpa harus memandang status ornag tersebut. Sebagai atlit atau wasit dituntut untuk profesional dalam menjalaninya. Dalam bertanding, misalnya kita harus fairplay dan sportif. Serta sebagai wasit,kita harus bersikap adil dan tidak membela salah satu kelompok pemain.Jadi hubungan olahraga dan agama itu sangat penting untuk dipahami.
Contoh pertama          : dalam berolahraga kita harus dijunjung tinggi sportivitas dan kejujuran dalam setiap gerakan atau aturan berolahraga.
Contoh kedua                         : dalam berolahraga kita harus mendo’akan satu sama yang lainnya.
2.      Pengaruh media masa terhadap perkembangan olahraga di Indonesia :
Media massa memang mempengaruhi perkembangan dunia olahraga. Pengaruh tersebut bisa berarti atau tidak, menguntungkan atau merugikan bergantung atas kepiawaian olahraga mempertahankan dirinya sendiri. Sebenarnya posisi olahrag berimbang kedudukannya dengan media massa di dalam masyarakat, hanya kadang-kadang ada kepentingan tertentu yang menggoyahkan kedudukan tersebut.

Disisi lain hubungan yang ada, keduanya, olahraga dan media massa, bisa saling memaafkan untuk kemajuan bidang masing-masing. Keduanya bisa saling menarik keuntungan dari eberadaan salah satu pihak. Yang jelas, keduanya sudah saling bergantung dan saling membutuhkan. Olahraga tidak bisa hidup tanpa media dan media tidak akan berkembang tanpa bantuan olahraga. Itulah makna hubungan resiprokal.
Peranan Media Olahraga
Daya tarik olahraga terletak pada unsur kejutan, hasil yang sukar direka dan unsur ketegangan  (=fokus perhatian media).
§  Media olahraga sebagai perantara antara kegiatan olahraga dan penggemarnya.
§  Kredibilitas sumber informasi dan daya tariknya merupakan faktor dominan bagi keberhasilan komunikasi (kasus surat kabar).
§  Media olahraga merupakan agen sosial yang efektif untuk menggugah partisipasi dan memperkuat respons emosional dan kesiapan berbuat dalam olahraga.
§  Media sangat besar peranannya untuk melaksanakan peran penyuluhan.
§  Media mendorong proses sosialisasi: internalisasi nilai-nilai hakiki dalam OR.
§  Media berperan dalam merangsang dan mendorong anak muda agar menyukai budaya gerak atau olahraga.
3.      A.  aspek sosiologis
Keterlibatan seseorang dalam olahraga, seperti halnya dalam pembentukan perilaku sosial, ditentukan oleh struktur sosial lingkungannya tempat kegiatan sosial itu berlangsung. Seperangkat nilai dan norma sosial menentukan sikap dan pola perilaku.
B. aspek organisasinya
Ø   Tingkat Primer: diselenggarakan secara informal dan mempunyai hubungan interaksi yang akrab (or. Rekreasi dan hobi).
Ø   Tingkat Teknikel: struktur lebih nyata, terdapat posisi kepemimpinan administratif  (or. Kampus, kontingen porda).
Ø  Tingkat Managerial: lebih besar dari organisasi tingkat teknikel, anggota tidak saling mengenal (klub or. mapan).
Ø  Tingkat Badan Hukum: bercirikan birokrasi : sentralisasi kuasa dan otoritas, hierarki personalia, hubungan bersifat perkara, operasional yang rasional.
Pembinaan olahraga di kalangan anak-anak dan remaja :
-          Berisi keragamana kegiatan
-          Tidak  terpaku kepada pendekatan kecabangan olahraga dengan struktur  kegiatan yang kaku.
-          Pemanfaatan teori motivasi untuk mempertahankan partisipasi berjangka panjang.
-          Praktek pembinaan tidak tergesa-gesa.
-          Pada tingkat mikro (individual) dan makro (daerah) sebaiknya bermula dari pembentukan sikap positif terhadap kegiatan olahraga.
4.      Pengaruh Partisipasi dalam Olahraga Kompetitif.
Keterlibatan anak-anak dalam olahraga membawa masalah yang serius, bukan hanya aspek pendidikan, tetapi juga perlindungan terhadap cedera.
Beberapa isu :
-          Isu karier tak menentu
-          Dominasi orang dewasa
-          Penanaman perilaku agresif
-          Merosotnya jumlah peserta.
5.      Dampak olahraga terhadap perkembangan kaum wanita kajian :
a.       Fisiologi
Hanya saya kita adalah masyarakat hedonis yang bersuka cita sesaat tanpa mampu mengambil makna dari setiap peristiwa yang mampu menorehkan prestasi spektakuler. Yang pada akhirnya kita tetap lupa (atau mungkin mengabaikan) akan “kemashuran” atlet wanita yang berhasil mencetak prestasi melebihi kaum pria. Sehingga status dan peranan wanita dalam olahraga masih terus berada di belakang kaum pria. Coakley (1990) mengungkapkan pula bahwa masih adanya mitos yang keliru dan masih dipegang oleh masyarakat, terutama terjadi pada negara-negara yang tingkat pendidikan dan informasi medik masih rendah :
-          Keikutsertaan yang berat dalam  olahraga mungkin menjadi penyebab utama masalah kemampuan menghasilkan keturunan.
-          Aktivitas pada beberapa event olahraga dapat merusak organ reproduksi atau payudara wanita.
-          Wanita memiliki struktur tulang yang lebih rapuh dibandingkan pria sehingga lebih mudah mengalami cedera.
-          Keterlibatan intens dalam olahraga menyebabkan masalah pada menstruasi.
-          Keterlibatan dalam olahraga membawa ke arah perkembangan yang kurang menarik, menonjolkan otot.
Alasan-alasan inilah yang memperburuk persepsi masyarakat terhadap keterlibatan wanita dalam olahraga yang secara langsung berpengaruh pada pemberian status dan peranan sosial wanita dalam kehidupannya secara khusus di bidang olahraga dan umumnya di kehidupan keseharian di masyarakat di mana pola-pola interaksi sosial berlaku di lingkungannya. Terlepas dari itu semua, bagaimanapun juga semakin banyak wanita yang menyukai kegiatan fisik dengan tingkat penampilannya yang terus meningkat. Walaupun terdapat masalah kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi reproduksinya yang unik, tetapi manfaatnya bagi kesehatan dan pergaulan sosial, jauh melebihi pengarug-pengaruh merugikan yang terjadi selama ini (Giriwijoyo, 2003 : 45).
b.      Sosiologisnya
Wanita yang aktif  berolahraga berarti dia terlibat secara intens dalam pola interaksi tertentu di masyarakat. Dari sinilah masyarakatnya akan memandang, dan akan memberikan penilaian hingga akhirnya memberikan status kepadanya. Status sebagai kedudukan seseorang di masyarakat, yang artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak serta kewajibannya  (Soekanto, 1990), dan merupakan kedudukan obyektif  yang memberi hak dan kewajiban kepada orang yang menempati kedudukan tadi (Susanto, 1985). Faktor yang menentukan para wanita yang berolahraga dalam masyarakat adalah jaringan interaksinya. Seberapa luas dia mampu membentuk pola interaksi dengan yang lainnya, dan seberapa dalam interaksi serta komunikasi yang mampu dia lakukan dengan yang lainnya. Salah satu alat ukur  untuk ini adalah frekuensi keterlibatannya pada aktivitas olahraga dan prestasi yang telah dicetaknya. Dengan itu pula masyarakat akan memberikan status padanya.
6.      Mitos-mitos :
Menurut Coakley (1990) mengungkapkan pula bahwa masih adanya mitos yang keliru dan masih dipegang oleh masyarakat, terutama terjadi pada negara-negara yang tingkat pendidikan dan informasi medik masih rendah :
-          Keikutsertaan yang berat dalam  olahraga mungkin menjadi penyebab utama masalah kemampuan menghasilkan keturunan.
-          Aktivitas pada beberapa event olahraga dapat merusak organ reproduksi atau payudara wanita.
-          Wanita memiliki struktur tulang yang lebih rapuh dibandingkan pria sehingga lebih mudah mengalami cedera.
-          Keterlibatan intens dalam olahraga menyebabkan masalah pada menstruasi.
-          Keterlibatan dalam olahraga membawa ke arah perkembangan yang kurang menarik, menonjolkan otot.
7.      a. Tindakan agresif positif :
Misalanya permainan seseorang itu lebih lincah, bisa melewati lawan-lawannya dengan kemampuan skill diatas rata-rata pemainnya.
b. Tindakan agresif negatif :
tindakan agresif yang disertai rasa permusuhan atau disebut hostile aggression yang tujuan pertamanya adalah melukai orang lain dengan perasaan marah, dan agresif instrumental tujuan utamanya adalah memenangkan pertandingan bukan melukai lawan. Tindakan agresif atas dasar perintah sering terjadi pada olahraga. Bukan hanya pada olahraga beladiri, terkadang pelatih menginstrusikan atletnya berperilaku melebihi norma agresif pada ccabang olahraga permainan (perlombaan).
8.      Peranan interaksi pemerintah, swasta dan masyarakat :
KONI merupakan jawaban terhadap perubahan kebijakan (politik dan kekuasaan) pembangunan nasional keolahragaan. Perlu dikembangkan konsep keterpaduan (integrasi) usaha pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Pemerintah berperan:
-          Menjamin perlindungan hukum
-          Mengawasi doping dan penyimpangan proses pembinaan
-          Menetapkan kebijakan nasional
-          Menyelenggarakana diklat, memfasilitasi penjas dan or
-          Mengkoordinir jaringan kegiatan or untuk sekolah, usaha eksperimen dan produksi alat or dan menetapkan standarnya.
Swasta berperan sebagai sponsorship yang:
-          Membuat produk yang berkaitan langsung dengan kebutuhan or (sepatu,dll)
-          Membuat produk makanan dan alat higienis
-          Membuat produk yang tidak bertalian langsung dengan or (asuransi,dll)
-          Tidak ada kaitan langsung dengan or (kilang minyak, dll).
Sumbangan dari masyarakat adalah partisipasi berupa sumbangan dana, tenaga, waktu, dan fikiran. Pendayagunaan dan mobilisasi sumber daya lokal dan pembangunan daerah untuk mendukung kekuatan nasional.
9.      Alasannya :
Menguntungkan, karena dalam mempelajari budaya daerah tersebut bisa dapat informasinya dan bisa mengembangkannya, dari kebudayaan itu bisa dibuat suatu kegiatan yang bisa dijadikan olahraga di masyarakatnya, karena masyarakat akan memerimanya dengan baik olahraga tersebut jika itu sudah menjadi budaya mereka.
10.  Organisasi dalam olahraga terdiri dari empat tingkatan :
-          Tingkat Primer: diselenggarakan secara informal dan mempunyai hubungan interaksi yang akrab (or. Rekreasi dan hobi). Contohnya menjadi teman
-          Tingkat Teknikel: struktur lebih nyata, terdapat posisi kepemimpinan administratif  (or. Kampus, kontingen porda). Contohnya menjadi yang dipercaya dalam memimpin
-          Tingkat Managerial: lebih besar dari organisasi tingkat teknikel, anggota tidak saling mengenal (klub or. mapan). Contohnya dalam merancang kegiatan-kegiatan dan pelatihan serta hubungan dengan prestasi
-          Tingkat Badan Hukum: bercirikan birokrasi : sentralisasi kuasa dan otoritas, hierarki personalia, hubungan bersifat perkara, operasional yang rasional. Contohnya dalam suatu latihan atau sedang prestasi harus ada yang mensuplay, baik itu semangat ataupun  peralatannya, yang terpenting sistem pelatihannya harus sesuai.
11.  Mutu informasi tidak mengalami distorsi jika ditangkal dengan gaya “jurnalistik conscience” yang berorientasi pada:
- penyadaran
- mengutamakan kejujuran
- kebanggaan profesi
- kebebasan mengutarakan apa yang sebenarnya secara bertanggung jawab.
12.  Masalah dan Tantangan dalam Pembinaan
1.      Tantangan Terhadap Penjas
Praktik penjas masih pembinaan skill; Status penjas masih lemah; Profesionalisme guru kurang perhatian; Visi penjas belum bersinggungan dengan upaya pemecahan masalah sosial; Alokasi biaya, waktu belum sesuai.
2.      Tantangan Terhadap OR Kompetitif
Investasi iptek OR amat terbatas; Penolakan inovasi karena prasangkan dan sikap tertutup dari pembina dan atlet; Pola pembinaan masih sentralisasi; Penggalian dana pembinaan terbatas (APBN atau APBD); Sponsorship hanya untuk pertandingan; Koordinasi lemah pada sub-sistem pembinaan; Munculnya agresifitas berlebihan; Doping.
13.  Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan mengenai keterkaitan perilaku agresif dan kekerasan dengan proses pembinaan olahraga usia dini :
Keterlibatan anak dalam olahraga, seperti halnya dalam pembentukan perilau sosial, ditentukan oleh struktur sosial lingkungannya tempat kegiatan sosial itu berlangsung, maka perlu diidentifikasi tempat anak mengalami interaksi atau kontak antar pribadi (Lutan, 2000).
Perlu kerja sama semua pihak untuk menanamkan kesadaran guna mencegah perilaku agresif  bersifat negatif dan kekerasan. Misalnya , pelatih perlu menyadari bagaimana cara menjaga perilaku agresif setelah diketahui pemain dan harus benar-benar memperhatikan norma-norma olahraga (Pate, 1993).
Mengendalikan kekerasan Penggemar.
Perlu kesepahaman mengenai perilaku agresif. Karena perilaku agresif  memainkan peran penting dalam keberhasilan olahraga, pembina olahraga (pelatih) harus memahami bagaimana cara mengajarkan olahraga kepada anak usia dini : (1) mengembangkan sifat agresif, (2) tetap meningkatkan sifat agresif tertentu untul penampilan olahraga , dan (3) menjaga dorongan-dorongan agresif agar tetap terkendali supaya tidak menimbulkan cedera pada diri sendiri atau pada yang lainnya.
14.  Faktornya :
Kebanyakan olahraga di Indonesia sekarang ini banyak dipengaruhi oleh politik sehingga olahraga bukan untuk menciptakan atlet-atlet profesional melainkan untuk memperkaya pihak tertentu, hal ini  yang menyebabkan terjadinya penurunan prestasi di Indonesia, dari segi birokrasinya sudah mulai kacau, orang yang mengerti politik mengurusi para atlet olahraga, akhirnya penurunan kualitas atlet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar