1. a.
olahraga dengan ekonomi
Nilai
ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai banyak
orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang.
Nilai ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin
meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme
ini, sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju.
Selain nilai hiburan, olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari
kelas yang berlawanan. Kelas penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak
mereka untuk jadi hiburan, bila yang melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman
kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai ekonomi yang tinggi. Olahraga
ditempatkan sebagai tempat orang mencari uang sambil berolahraga. Dalam alam kapitalisme
olahraga dijadikan alat promosi sebuah produk sekaligus pengguna produk.
Organisasi olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era
industrialisasi. Pakar sosiologi olahraga Allen Guttman menggambarkan bahwa
organisasi olahraga modern saat ini, berdasarkan pengamatannya terhadap
perkembangan olahraga sejak zaman Romawi, memiliki tujuh karakteristik yang
dominan.
Contoh pertama : Studi di
Austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat
menghasilkan pendapatan nasional sebesar AUD $4,8 milyar pertahun, AUD $ 4
milyar dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini
menyumbang AUD$ 1,2 milyar terhadap GOP (Pereira,2004).
Contoh kedua :
seperti Olympiade Los Angeles 1984, yang nyata nyata
panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar.
b.
olahraga dan budaya
Manfaat transformasi olahraga dan kebudayaan antara
lain: Mendukung program masyarakat sehat, mempererat ikatan sosial masyarakat,
menjaga identitas budaya bangsa, kebanggaan kolektif bangsa, daya tarik
pariwisata dan mendukung terciptanya masyarakat sejahtera. Transformasi
Olahraga tradisional bertujuan untuk mengawali restorasi budaya Indonesia
sehingga perlahan memperkokoh jati diri bangsa yang seakan pudar. Manfaat transformasi olahraga tradisional antara lain:
Mendukung program masyarakat sehat, mempererat ikatan sosial masyarakat,
menjaga identitas budaya bangsa, kebanggaan kolektif bangsa, daya tarik
pariwisata dan mendukung terciptanya masyarakat sejahtera.
Contoh pertama :
kegiatan permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak merupakan gerakan
gerakan olahraga.
Contoh kedua :
kegiatan permainan tradisional dapat mengembangkan kebuadayaan sendiri dan
memperkenalkan kepada anak-anak agar kebudayaan itu tetap terjaga.
c. olahraga
dengan politik
Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau
ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi
sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu.
Contoh pertama :
Ketika pada Piala Dunia 1990 Maradona diangkat oleh
Presiden Menem sebagai duta resmi Argentina, maka sang legenda sepak bola
Argentina itu menjadi symbol konkret identifikasi antara olahraga dan politik.
Pertalian erat antara olahraga dan politik bukanlah sesuatu yang baru.
Bahkan, bukan hanya dengan politik. Sebab olahraga memiliki multimakna;
sosial, ekonomi, politik atau ideologi, dan kesehatan.
Contoh kedua :
Diktator Adolf Hitler juga pernah memanfaatkan Federasi
Sepak Bola (DFB) untuk propaganda politik Nazi. Dia mengatakan, ”Orang
besar adalah pelari marathon sejarah”. Diktator lainnya, Bennito Mussolini,
merasa penting dirinya ditampilkan dalam pose-pose olahraga, seperti sedang
bermain anggar, tenis, atau naik kuda. Sebab, menyitir I Bambang Sugiarto
(2000), bagi Mussolini, seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan
simbol kejantanan sportif. Sedangkan bagi kaum sosialis, olahraga adalah
manifestasi penting semangat ideal kolektivisme yang rasional dan higienis.
d.olahraga
dengan agama (keyakinan)
Olahraga sangat bervariasi dan sangat bermanfaat. Hal
ini sudah dikenal oleh orang-orang terdahulu. Dalam Ath-Thibbun Nabawi
(Kedokteran a la Nabi) Ibnul Qayyim mengatakan, “Berkuda, panahan, gulat dan
lomba lari adalah olahraga untuk keseluruhan fisik dan mampu menghilangkan
penyakit akut”.
Semua itu tidak perlu dilakukan secara rutin setiap
hari. Sejumlah pakar mendapatkan bahwa melakukan olahraga 5 kali dalam sepekan
sudah cukup untuk mewujudkan tujuan yang dimaksud, dengan syarat, dilakukan dengan
rutin.
Isi Kajian
Agama dan olahraga tentunya sangat berkaitan,
kedua-duanya saling berhubungan dimana agama berhubungan dengan olahraga dan
olahraga berhubungan dengan agama. Keduanya secara tidak langsung tidak dapat
dipisahkan hubungan ini bisa dibuktikan dengan sifat-sifat yang ada di dalam
olahraga berlandaskan kepada agama, khususnya agama islam. Seperti sifat jujur
dalam bertanding,,dalam islam kita di wajibkan untuk selalu jujur juga..lalu
karena kita beragama kita juga saling diajarkan untuk saling mengh0rmati maupun
menghargai individu lain..dalam olahraga Disini kedua hal tersebut harus
seimbang, olahraga itu baik untuk kesehatan dan dengan tubuh yang sehat maka
seseorang dapat melakukan ibadah dengan lebih baik. Maka dari itu, selain memiliki
jasmani yang sehat, seseorang juga perlu mengimbangi dengan keadaan rohani yang
sehat pula, yang dapat dicapai dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Seseorang harus sehat jasmani dan juga rohani, karena dalam menjalankan
aktifitas kehidupannya Allah telah memberikannya bentuk tubuh beserta fungsinya
dengan sempurna dan kita dapat bersyukur dengan selalu menjalankan perintahnya
dan juga menjaga tubuh ini dengan baik. Allah SWT menyukai muslim yang kuat,
dengan kata lain agama islam menganjurkan setiap umatnya untuk menjadi kuat.
kuat rohaninya,maupun jasmaninya.
Untuk mendapatkan rohani yang kuat, kita beribadah. Dan
untuk mendapatkan jasmani yang kuat, kita harus berolahraga. Kita sebagai
manusia hanya bisa berikhtiar, sedangkan segala keputusan Allah yang
menentukan. jadi serajin apapun kita berlatih untuk mencapai target yang
diinginkan, apabila tidak di imbangi dengan berdoa dan beribadah semuanya akan
sia-sia, dengan kita berdoa insyallah segala sersuatunya pasti akan mendapatkan
atau diridhoi oleh allah SWT.
Hubungan antara olahraga dan agama yaitu tentang
kejujuran serta keadilan.Agama mengajarkan kita untuk bersikap jujur dan adil.
Dalam pertandingan olahraga, peran agamapun sangat penting, seperti sebelum
bertanding kita berdoa. Disetiap pertandingan olahraga setiap atletpun
menjunjung tinggi sportifitas dan kejujuran,karena tujuan dari olahraga itu
sendiri adalah kerendahan dalam kemenangan dan kesetiakawanan dalam
kekalahan.Apabila seorang atlet memenangi pertandingan diharapkan dapat rendah
diri, dan mampu membangkitkan semangat kepada lawan yang kalah. Seperti sifat
rasul yang selalu sederhana tidak pernah sombong dan selalu menyayangi setiap
manusia tanpa harus memandang status ornag tersebut. Sebagai atlit atau wasit
dituntut untuk profesional dalam menjalaninya. Dalam bertanding, misalnya kita
harus fairplay dan sportif. Serta sebagai wasit,kita harus bersikap adil dan
tidak membela salah satu kelompok pemain.Jadi hubungan olahraga dan agama itu
sangat penting untuk dipahami.
Contoh pertama :
dalam berolahraga kita harus dijunjung tinggi sportivitas dan kejujuran dalam
setiap gerakan atau aturan berolahraga.
Contoh kedua :
dalam berolahraga kita harus mendo’akan satu sama yang lainnya.
2.
Pengaruh media masa
terhadap perkembangan olahraga di Indonesia :
Media massa memang mempengaruhi
perkembangan dunia olahraga. Pengaruh tersebut bisa berarti atau tidak,
menguntungkan atau merugikan bergantung atas kepiawaian olahraga mempertahankan
dirinya sendiri. Sebenarnya posisi olahrag berimbang kedudukannya dengan media
massa di dalam masyarakat, hanya kadang-kadang ada kepentingan tertentu yang
menggoyahkan kedudukan tersebut.
Disisi lain hubungan yang ada, keduanya, olahraga dan media massa, bisa saling
memaafkan untuk kemajuan bidang masing-masing. Keduanya bisa saling menarik
keuntungan dari eberadaan salah satu pihak. Yang jelas, keduanya sudah saling
bergantung dan saling membutuhkan. Olahraga tidak bisa hidup tanpa media dan
media tidak akan berkembang tanpa bantuan olahraga. Itulah makna hubungan
resiprokal.
Peranan Media Olahraga
Daya
tarik olahraga terletak pada unsur kejutan, hasil yang sukar direka dan unsur
ketegangan (=fokus perhatian media).
§ Media
olahraga sebagai perantara
antara kegiatan olahraga dan penggemarnya.
§ Kredibilitas
sumber informasi dan daya tariknya merupakan faktor
dominan bagi keberhasilan komunikasi (kasus surat kabar).
§ Media
olahraga merupakan agen sosial
yang efektif untuk menggugah partisipasi dan memperkuat respons emosional dan
kesiapan berbuat dalam olahraga.
§ Media
sangat besar peranannya untuk melaksanakan peran penyuluhan.
§ Media
mendorong proses sosialisasi:
internalisasi nilai-nilai hakiki dalam OR.
§ Media
berperan dalam merangsang dan mendorong anak muda agar menyukai budaya gerak
atau olahraga.
3. A. aspek sosiologis
Keterlibatan seseorang dalam olahraga, seperti halnya dalam
pembentukan perilaku sosial, ditentukan oleh struktur sosial lingkungannya
tempat kegiatan sosial itu berlangsung. Seperangkat nilai dan norma sosial menentukan sikap dan pola
perilaku.
B. aspek organisasinya
Ø Tingkat Primer:
diselenggarakan secara informal dan mempunyai hubungan interaksi yang akrab
(or. Rekreasi dan hobi).
Ø Tingkat Teknikel:
struktur lebih nyata, terdapat posisi kepemimpinan administratif (or. Kampus, kontingen porda).
Ø Tingkat Managerial:
lebih besar dari organisasi tingkat teknikel, anggota tidak saling mengenal
(klub or. mapan).
Ø Tingkat Badan Hukum:
bercirikan birokrasi : sentralisasi kuasa dan otoritas, hierarki
personalia, hubungan bersifat perkara, operasional yang rasional.
Pembinaan
olahraga di kalangan anak-anak dan remaja :
-
Berisi keragamana kegiatan
-
Tidak
terpaku kepada pendekatan kecabangan olahraga dengan struktur kegiatan yang kaku.
-
Pemanfaatan teori motivasi untuk
mempertahankan partisipasi berjangka panjang.
-
Praktek pembinaan tidak tergesa-gesa.
-
Pada tingkat mikro (individual) dan
makro (daerah) sebaiknya bermula dari pembentukan sikap positif terhadap
kegiatan olahraga.
4. Pengaruh Partisipasi dalam Olahraga
Kompetitif.
Keterlibatan
anak-anak dalam olahraga membawa masalah yang serius, bukan hanya aspek
pendidikan, tetapi juga perlindungan terhadap cedera.
Beberapa isu :
-
Isu karier tak menentu
-
Dominasi orang dewasa
-
Penanaman perilaku agresif
-
Merosotnya jumlah peserta.
5. Dampak olahraga terhadap perkembangan
kaum wanita kajian :
a. Fisiologi
Hanya
saya kita adalah masyarakat hedonis yang bersuka cita sesaat tanpa mampu
mengambil makna dari setiap peristiwa yang mampu menorehkan prestasi
spektakuler. Yang pada akhirnya kita tetap lupa (atau mungkin mengabaikan) akan
“kemashuran” atlet wanita yang berhasil mencetak prestasi melebihi kaum pria.
Sehingga status dan peranan wanita dalam olahraga masih terus berada di
belakang kaum pria. Coakley (1990) mengungkapkan pula bahwa masih adanya mitos
yang keliru dan masih dipegang oleh masyarakat, terutama terjadi pada
negara-negara yang tingkat pendidikan dan informasi medik masih rendah :
-
Keikutsertaan yang berat dalam olahraga mungkin menjadi penyebab utama
masalah kemampuan menghasilkan keturunan.
-
Aktivitas pada beberapa event olahraga
dapat merusak organ reproduksi atau payudara wanita.
-
Wanita memiliki struktur tulang yang
lebih rapuh dibandingkan pria sehingga lebih mudah mengalami cedera.
-
Keterlibatan intens dalam olahraga
menyebabkan masalah pada menstruasi.
-
Keterlibatan dalam olahraga membawa ke
arah perkembangan yang kurang menarik, menonjolkan otot.
Alasan-alasan
inilah yang memperburuk persepsi masyarakat terhadap keterlibatan wanita dalam
olahraga yang secara langsung berpengaruh pada pemberian status dan peranan
sosial wanita dalam kehidupannya secara khusus di bidang olahraga dan umumnya
di kehidupan keseharian di masyarakat di mana pola-pola interaksi sosial
berlaku di lingkungannya. Terlepas dari itu semua, bagaimanapun juga semakin
banyak wanita yang menyukai kegiatan fisik dengan tingkat penampilannya yang
terus meningkat. Walaupun terdapat masalah kesehatan khusus yang berhubungan
dengan fungsi reproduksinya yang unik, tetapi manfaatnya bagi kesehatan dan
pergaulan sosial, jauh melebihi pengarug-pengaruh merugikan yang terjadi selama
ini (Giriwijoyo, 2003 : 45).
b. Sosiologisnya
Wanita
yang aktif berolahraga berarti dia
terlibat secara intens dalam pola interaksi tertentu di masyarakat. Dari
sinilah masyarakatnya akan memandang, dan akan memberikan penilaian hingga
akhirnya memberikan status kepadanya. Status
sebagai kedudukan seseorang di masyarakat, yang artinya adalah tempat seseorang
secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak serta kewajibannya (Soekanto, 1990), dan merupakan kedudukan obyektif
yang memberi hak dan kewajiban kepada orang yang menempati kedudukan
tadi (Susanto, 1985). Faktor yang menentukan para wanita yang berolahraga
dalam masyarakat adalah jaringan interaksinya. Seberapa luas dia mampu
membentuk pola interaksi dengan yang lainnya, dan seberapa dalam interaksi
serta komunikasi yang mampu dia lakukan dengan yang lainnya. Salah satu alat
ukur untuk ini adalah frekuensi
keterlibatannya pada aktivitas olahraga dan prestasi yang telah dicetaknya.
Dengan itu pula masyarakat akan memberikan status padanya.
6. Mitos-mitos :
Menurut
Coakley (1990) mengungkapkan pula bahwa masih adanya mitos yang keliru dan
masih dipegang oleh masyarakat, terutama terjadi pada negara-negara yang
tingkat pendidikan dan informasi medik masih rendah :
-
Keikutsertaan yang berat dalam olahraga mungkin menjadi penyebab utama
masalah kemampuan menghasilkan keturunan.
-
Aktivitas pada beberapa event olahraga
dapat merusak organ reproduksi atau payudara wanita.
-
Wanita memiliki struktur tulang yang
lebih rapuh dibandingkan pria sehingga lebih mudah mengalami cedera.
-
Keterlibatan intens dalam olahraga
menyebabkan masalah pada menstruasi.
-
Keterlibatan dalam olahraga membawa ke
arah perkembangan yang kurang menarik, menonjolkan otot.
7. a. Tindakan agresif positif :
Misalanya
permainan seseorang itu lebih lincah, bisa melewati lawan-lawannya dengan
kemampuan skill diatas rata-rata pemainnya.
b. Tindakan agresif negatif :
tindakan agresif yang disertai rasa permusuhan atau
disebut hostile aggression yang tujuan pertamanya adalah melukai orang lain
dengan perasaan marah, dan agresif instrumental tujuan utamanya adalah
memenangkan pertandingan bukan melukai lawan. Tindakan agresif atas dasar
perintah sering terjadi pada olahraga. Bukan hanya pada olahraga beladiri,
terkadang pelatih menginstrusikan atletnya berperilaku melebihi norma agresif
pada ccabang olahraga permainan (perlombaan).
8. Peranan interaksi pemerintah,
swasta dan masyarakat :
KONI
merupakan jawaban terhadap perubahan kebijakan (politik dan kekuasaan)
pembangunan nasional keolahragaan. Perlu dikembangkan konsep keterpaduan
(integrasi) usaha pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Pemerintah
berperan:
-
Menjamin perlindungan hukum
-
Mengawasi doping dan penyimpangan proses
pembinaan
-
Menetapkan kebijakan nasional
-
Menyelenggarakana diklat, memfasilitasi
penjas dan or
-
Mengkoordinir jaringan kegiatan or untuk
sekolah, usaha eksperimen dan produksi alat or dan menetapkan standarnya.
Swasta
berperan sebagai sponsorship yang:
-
Membuat produk yang berkaitan langsung
dengan kebutuhan or (sepatu,dll)
-
Membuat produk makanan dan alat higienis
-
Membuat produk yang tidak bertalian
langsung dengan or (asuransi,dll)
-
Tidak ada kaitan langsung dengan or
(kilang minyak, dll).
Sumbangan
dari masyarakat adalah partisipasi berupa sumbangan dana, tenaga, waktu, dan
fikiran. Pendayagunaan dan mobilisasi sumber daya lokal dan pembangunan daerah
untuk mendukung kekuatan nasional.
9. Alasannya :
Menguntungkan,
karena dalam mempelajari budaya daerah tersebut bisa dapat informasinya dan
bisa mengembangkannya, dari kebudayaan itu bisa dibuat suatu kegiatan yang bisa
dijadikan olahraga di masyarakatnya, karena masyarakat akan memerimanya dengan
baik olahraga tersebut jika itu sudah menjadi budaya mereka.
10. Organisasi dalam olahraga terdiri
dari empat tingkatan :
-
Tingkat
Primer: diselenggarakan secara informal dan mempunyai
hubungan interaksi yang akrab (or. Rekreasi dan hobi). Contohnya menjadi teman
-
Tingkat
Teknikel: struktur lebih nyata, terdapat posisi kepemimpinan
administratif (or. Kampus, kontingen
porda). Contohnya menjadi yang dipercaya dalam memimpin
-
Tingkat
Managerial: lebih besar dari organisasi tingkat teknikel,
anggota tidak saling mengenal (klub or. mapan). Contohnya dalam merancang
kegiatan-kegiatan dan pelatihan serta hubungan dengan prestasi
-
Tingkat
Badan Hukum: bercirikan birokrasi : sentralisasi
kuasa dan otoritas, hierarki personalia, hubungan bersifat perkara, operasional
yang rasional. Contohnya dalam suatu latihan atau sedang prestasi harus ada
yang mensuplay, baik itu semangat ataupun
peralatannya, yang terpenting sistem pelatihannya harus sesuai.
11. Mutu informasi tidak mengalami
distorsi jika ditangkal dengan gaya “jurnalistik
conscience” yang berorientasi pada:
-
penyadaran
-
mengutamakan kejujuran
-
kebanggaan profesi
-
kebebasan mengutarakan apa yang sebenarnya secara bertanggung jawab.
12. Masalah dan Tantangan dalam
Pembinaan
1. Tantangan
Terhadap Penjas
Praktik penjas masih
pembinaan skill; Status penjas masih lemah; Profesionalisme guru kurang
perhatian; Visi penjas belum bersinggungan dengan upaya pemecahan masalah
sosial; Alokasi biaya, waktu belum sesuai.
2. Tantangan
Terhadap OR Kompetitif
Investasi iptek OR amat
terbatas; Penolakan inovasi karena prasangkan dan sikap tertutup dari pembina
dan atlet; Pola pembinaan masih sentralisasi; Penggalian dana pembinaan
terbatas (APBN atau APBD); Sponsorship hanya untuk pertandingan;
Koordinasi lemah pada sub-sistem pembinaan; Munculnya agresifitas berlebihan;
Doping.
13. Beberapa hal
yang harus menjadi pertimbangan mengenai keterkaitan perilaku agresif dan
kekerasan dengan proses pembinaan olahraga usia dini :
Keterlibatan anak dalam olahraga, seperti halnya
dalam pembentukan perilau sosial, ditentukan oleh struktur sosial lingkungannya
tempat kegiatan sosial itu berlangsung, maka perlu diidentifikasi tempat anak
mengalami interaksi atau kontak antar pribadi (Lutan, 2000).
Perlu kerja sama semua pihak untuk menanamkan
kesadaran guna mencegah perilaku agresif
bersifat negatif dan kekerasan. Misalnya , pelatih perlu menyadari
bagaimana cara menjaga perilaku agresif setelah diketahui pemain dan harus
benar-benar memperhatikan norma-norma olahraga (Pate, 1993).
Mengendalikan kekerasan Penggemar.
Perlu kesepahaman mengenai perilaku agresif. Karena
perilaku agresif memainkan peran penting
dalam keberhasilan olahraga, pembina olahraga (pelatih) harus memahami
bagaimana cara mengajarkan olahraga kepada anak usia dini : (1) mengembangkan
sifat agresif, (2) tetap meningkatkan sifat agresif tertentu untul penampilan
olahraga , dan (3) menjaga dorongan-dorongan agresif agar tetap terkendali
supaya tidak menimbulkan cedera pada diri sendiri atau pada yang lainnya.
14. Faktornya :
Kebanyakan
olahraga di Indonesia sekarang ini banyak dipengaruhi oleh politik sehingga
olahraga bukan untuk menciptakan atlet-atlet profesional melainkan untuk
memperkaya pihak tertentu, hal ini yang
menyebabkan terjadinya penurunan prestasi di Indonesia, dari segi birokrasinya
sudah mulai kacau, orang yang mengerti politik mengurusi para atlet olahraga,
akhirnya penurunan kualitas atlet.