BAB
I
PENAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Berita merupakan suatu kenjadian yang sedang
hangat-hangatnya dibicarakan, berbagai media melaporakan berita yang
menarik perhatian masyarakat kadang
berita itu berupa opini atau kenyataan dalam suatu kejadian, dalam
mengembangkan berita banyak sekali yang bisa menambahnya lebih menarik
contohnya artikel, tajuk rencana. Dalam hal kebanyakan tajuk rencana yang
paling dominan karena tajuk rencana adalah opini berisi pendapat dan sikap
resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual,
fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis
pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan
sikap resmi media yang bersangkutan. Berita adalah sebuah peristiwa yang harus
diperbaharui setiap harinya, masyarakat akan percaya terhadap berita tersebut
ketika ada banyak sekali pendapat yang memuatnya, hal ini tajuk rencana bisa
menjadi solusi dalam penyebaran berita melalui opini penulisnya yang harus up
to date dalam penulisan beritanya, dalam hal menulis tajuk rencana dan berita
harus ada syarat-syarat pembuatannya. Oleh karena itu diperlukan suatu
pembelajaran mengenai berita dan tajuk rencana dalam makalah ini akan
dijelaskan bagaimana tata cara pembuatan tajuk rencana, apa penegertiannya.
Dalam analisis ini akan menyingkap suatu permasalahan yang terjadi sekarang
ini, masalah ini banyak menyangkut khalayak banyak, banyak orang mengira BBM
ini hanya sebagian kecil saja dari dana APBN sehingga ketika terjadi kenaikan,
warga terasa terganggu apalagi dari kalangan menegah kebawah, namun hal itu
menjadi paradigma kembali kepada pemerintah dalam mencari solusi anggaran untuk
BBM ini yang semakin tahun terus meningkat, faktor-faktor meningkatanya
konsumsi BBM saat ini adalah sudah semakin pesat roda kendaraan dan teknologi
dalam era globalisasi ini setiap orang pasti mempunyai kendaraan. BBM
bersubsidi semakin hari semakin meningkat kebutuhannya, untuk hal itu perlu
adanya penghematan BBM, namun sayangnya program-program itu belum terklaksana
dengan baik. Mengakhiri Subsidi BBM judul dari tajuk rencana oleh Montty
Girrianna akan membahas tentang masalah BBM saat ini dimana mulai dari impor
tak terbendung sampai eksekusi kebijakannya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasrakan latar belakang diatas maka dapat diambil
suatu rumusan masalah.
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana
isi dari tajuk rencana Mengakhiri Subsidi BBM ?
2. Apa
saja kesalahan-kesalahan dalam penulisan tajuk rencana Mengakhiri Subsidi BBM ?
3. Apa
kelebihan dan kekurangan tajuk rencana Mengakhiri Subsidi BBM ?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk
mengetahui cara membaca tajuk rencana
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis tajuk rencana
3. Untuk
mengetahui peran tajuk rencana pada media masa sekarang ini
D.
Manfaat
Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan
informasi yang berguna dalam teoritis maupun dalam praktisnya. Penulis sebagai
wahana penambah pengetahuan dan konsep bagaimana itu tajuk rancana.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan
Teori
1.
Pengertian
Tajuk Rencana
Tajuk rencana adalah artikel pokok
dalam surat kabar yang merupakan
pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat
surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi
atau masalah aktual,
penegasan pentingnya masalah, opini
redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan
harapan redaksi akan peran serta pembaca.
a.
Sudiana ( 1984:1),
Advertorial adalah bentukan dari iklan dan tajuk rencana. Pengertian iklan
sendiri, menurut Dendi Sudiana, merupakan bagian dari reklame yang berasal dari
bahasa Prancis, RE-clamere yang berarti meneriakan berulang-ulang.
b.
Wells (1992), Periklanan
adalah komuinikasi non-personal yang dibayar oleh pihak sponsor yang
menggunakan media massa untuk membujuk dan mempengaruhi audience.
c.
Kleppner, Iklan
berasal dari bahasa latin, ad-vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan
kepada pihak lain.
d.
Arens (1992:15), Advertorial adalah suatu
bentukan separuh iklan separuh tajuk rencana, bertujuan untuk memunculkan opini
public dari pada menjual hasil produk.
e.
Kotler dan Amstrong
(1994:106), Periklanan adalah setiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi
mengenai gagasan, barang, atau jasa yang dibayar oleh sebuah sponsor tertentu.
f.
Dunn and Barban (1996:7), Periklanan
adalah komunikasi non personal melalui beragam media yang dibayar oleh
perusahaan-perusahaan bisnis, organisasi-organisasi non profit dan individu-individu,
yang dalam beberapa cara memperkenalkan dalam pesan periklanan dan berharap
untuk memberitahu atau membujuk anggota-anggota dari penerima pesan tertentu.
g.
Rhenald Kasali (1995:11), Masyarakat
periklanan Indonesia memberikan definisi iklan sebagai: Segala bentuk pesan
tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian
atau seluruh masyarakat.
h.
Russel & Lane (1990), Suatu
pesan yang dibayar oleh sponsor dan disampaikan melalui beberapa medium
komunikasi massa.
i.
Gilson &
Berkman (1980), Iklan merupakan media komunikasi
persuasif yang dirancang untuk menghasilkan respon dan membantu tercapainya
objektifitas atau tujuaJust another WordPress.com site
Pernyataan
fakta dan opini ini biasanya diutarakan secara singkat, logis, menarik ditinjau
dari segi penulisan dengan tujuan untuk mempengaruhi pendapat/ menerjemahkan
berita yang menonjol agar pembaca menjadi menyimak seberapa penting berita
tersebut. Fungsi tajuk rencana biasanya menjelaskan berita, artinya, dan
akibatnya pada masyarakat. Tajuk rencana juga mengisi latar belakang dari
kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi
dengan lebih menyeluruh. Dalam tajuk rencana terkadang juga ada ramalan atau
analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian moral
mengenai berita tersebut.
2.
Ciri-Ciri
a. Berisi
opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan
b. Berisi
ulasan tentang suatu masalah yang dimuat
c. Biasanya
berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana,
apabilaberita tersebut memberi dampak kepada nasional
d. Tertang
pikiran subjektif redaksi
3.
Aspek-aspek
yang menjadi fokus dalam tajuk utama
a. Judul
b. Latar Belakang Masalah
c. Tokoh
d. Masalah
e. Peristiwa
yang Disampaikan
f. Opini
Penulis
g. Saran
dan Solusi Permasalahan
h. Kesimpulan
i.
Sumber
Berita
j.
Anggota Redaksi
Tajuk rencana mempunyai sifat :
1. Krusial
dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian
(daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).
2. Isinya
menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial,
politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan
entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
3. Memiliki
karakter atu konsistensi yang teratur, kepada para pembacanya terkait sikap
dari media massa yang menulis tajuk rencana.
4. Terkait
erat dengan policy media atau kebijakan media yang bersangkutan. Karena setiap
media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang
beragam, yang menaungi media tersebut.
4.
Teknik
Menulis Tajuk Rencana
Karena merupakan suara lembaga maka
tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya
menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah pekerjaan, dan
hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum
penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri
oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang
berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial
yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.
Maka setelah tercapai pokok- pokok
pikiran, dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi
yang telah ditunjuk dalam rapat. Dalam Koran harian bisanya tajuk rencana
ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mecerminkan suara
bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang
dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang
terbatas.
Karakter dan kepribadian pers terdapat
sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana juga mencerminkan dari
golongan pers mana media tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas
(middle-high media) atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri di
antaranya :
1.
Hati-hati
2.
Normatif
3.
Cenderung konservatif
4.
Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam
5. Pertimbangan
aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis
Namun tajuk rencana dari golongan pers
papan tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya. Ciri tajuk rencana
pers papan tengah adalah :
1.
Lebih berani
2.
Atraktif
3.
Progresif
4.
Tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam dan “tembak
langsung”
5. Lebih memilih
pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis
Perbedaan yang cukup tajam ini karena
perusahaan pers papan atas biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih
kompleks daripada pers papan tengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh
lebih kompleks itulah yang mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan
konservatif, baik itu dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan pendapat
dan sikap resmi dalam tajuk rencana yang dibuatnya. Itulah konsekuensi logis
pers modern sebagai industri padat modal sekaligus padat karya. Kecenderungan
perbedaan yang dimiliki oleh pers baik papan atas maupun papan bawah ini juga
berlaku universal hampir di semua negara, yang memiliki latar belakang ideology
serta kepentingan yang berbeda-beda.
Fungsi dan tugas Tim Editorial :
1. Menyelenggarakan rapat khusus tim
editorial setiap hari
2. Mencari dan menyeleksi ide serta
menetapkan tajuk rencana untuk edisi penerbitan besok
3. Mendiskusikan dan memberikan
pembobotan terhadap topik liputan terpilih
4. Menetapkan kesimpulan tentang
pendapat dan sikap yang harus disampaikankepada masyarakat luas
5. Menunjuk penulis tajuk rencana yang
diambil dari tim editorial untuk topik yang sudah didiskusikan
6. Menuangkannya dalam opini tajuk rencana
secara ringkas, jelas, lugas
7. Melakukan revisi atau menundanya
apabila perkembangan situasi atau pertimbangan pemimpin redaksi, naskah tajuk
rencana tersebut tidak memungkinkan untuk diturunkan pada edisi penerbitan hari
ini.
8. melakukan evaluasi dan proyeksi
keesokan harinya setelah mengamati dan mempelajari dengan seksama berbagai
peristiwa yang terjadi dalam 24 jam terakhir
Tahapan Menulis Tajuk Rencana
1.
Pencarian ide dalam topik
2.
Seleksi dan penetapan topik
3.
Pembobotan substansi materi dan
penetapan tesis dari keseluruhan uraian tajuk rencana
4.
Pelaksanaan penulisan
Kriteria Topik Tajuk Rencana
1. Topik merujuk pada berita yang aktual
atau kontroversial
2. Topik sesuai dengan filosofi, visi,
misi, dan kebijakan umum media penerbitan pers
3. Topik sejalan dengan kualifikasi dan
fokus wilayah sirkulasi media penerbitan
4. Topik berpijak pada kaidah dan nilai
standar jurnalistik seperti aktualitas, objektivitas, keluarbiasaan, dan
prinsip peliputan berimbang.
5. Topik tidak bertentangan dengan aspek
ideologis, yuridis, sosiologis, dan etis yang terdapat dalam masyarakat atau
bangsa.
6. Topik senantiasa berorientasi pada
nilai-nilai luhur kemanusiaan.
5.
Jenis-Jenis
Tajuk Rencana
1. Tajuk rencana yang memberikan informasi
semata
2. Tajuk rencana yang bersifat
menjelaskan
3. Tajuk rencana yang bersifat
memberikan argumentasi
4. Tajuk rencana yang menjuruskan
timbulnya aksi
5. Tajuk rencana yang bersifat jihad
6. Tajuk rencana yang bersifat membujuk
7. Tajuk rencana yang bersifat memuji
8. Tajuk rencana yang bersifat menghibur
B.
Pembahasan
1.
Isi
Tajuk Rencana Mengakhiri Subsidi BBM
Dalam hal ini Montty Girianna menulis sebuah tajuk
rencana yang berjudul Mengakhiri Subsidi BBM dimana isinya adalah masalah BBM di Indonesia saat ini adapun isinya
adalah sebagai berikut :
Undang undang mengamanatkan pemerintah untuk
menyediakan energi, ternasuk BBM.
Selain menjamin ketersediaannya, pemerintah juga
ditugaskan menyediakan BBM dengan harga terjangkau. Karenan itu, pemerintah
melakukan dua kebijakan bersamaan, yakni membuka keran impor BBM dan
memberlakukan harga BBM bersubsidi. Namun, akhir-akhir ini kedua kebijakan ini
cukup berat untuk tetap dipertahankan.
Selain ketergantungan terhadap impor BBM semakin
tinggi, subsidi BBM pun membengkak. Ini mempengaruhi postur APBN secara
negatif. Mau tak mau pemerintah harus memperhitungkan kmbali kebijakan ini dan
secara bertahap melepaskan harga BBM bersubsidi ke harga pasar. Namun, opsi ini
terkendala kemungkinan gejolak sosial.
Akhir tahun lalu, pemerintah didesak menaikan harga
BBM dan mengurangi subsidi BBM. Namun, desakan itu tidak cukup kuat untuk
mngghilangkan kekhawatiran gejolak sosial yang mungkin terjadi sehingga
pemerintah kembali memberlakukan harga BBM bersubsidi, Pada tahun berjalan ini,
subsisdi BBM dipatok Rp 193,8 triliun dan subsidi listrik Rp 78,6 triliun
sehingga total subsidi energi 272,4 triliun, sekitar 18 persen dari belanja
APBN. Adapun impor BBM diproyeksikan 30 juta – 32 juta kiloliter dari total
konsumsi nasional.
Konsumsi BBM tak pernah turun, bahkan pada
tahun-tahun terakhir laju pertumbuhan permintaan jauh di atas pertumbuhan
ekonomi. Tahun lalu, konsumsi BBM sekitar 70 kl. Jika melihat pola konsumsi
BBM, konsumsi akan terus meningkat dari tahun ke tahun. BBM jenis bensin akan
tumbuh 11 persen per tahun, sementara solar 5 persen. Meski proyeksi ini belum
memperhitungkan upaya penghematan, gambaran ini memberikan magnitude konsumsi BBM yang cukup mengkhawatirkan.
Yang justru lebih mengkhawatirkan, tren peningkatan
konsumsi BBM ini tidak dibarengi peningkatan produksi BBM. Bahkan, produksi
cenderung menurun. Produksi si BBM nasional terkendala dua hal: kapasitas
kilang dan pasokan minyak mentah. Saat ini, kapasitas kilang sekitar 1,2 juta
barrel per hari (bph), dengan produksi BBM sekitar 38 juta kl. Produksi minyak
mentah sudah lama tak menyentuh 1 juta bph. Tahun lalu, produksi tak lebih dari
0,9 juta bph, sekitar 20 persen diekspor, padahal kebutuhan minyak mentah untuk
intake kilang 1 juta bph. Artinnya
perlu impor minyak mentah sedikitnya 25 persen dari kebutuhan intake nasional.
Padahal, dulu, produksi minyak pernah 1,4 juta bph
lebih. Mulai 2005, produksi dibawah 1 juta bph. Saat ini, dua lapangan minyak
yang memberikan kontribusi terbanyak adalah Duri dan Minas-Sumatra Light Crude.
Dalam 5-10 tahun mendatang, kontribusi kedua lapangan dipastikan jauh
berkurang, bahkan, pada 2020 produksi lapangan Minas praktis akan habis.
Impor tak terbendung
Untuk memenuhi permintaan BBM, keran impor BBM terus
dibuka. Impor BBM sudah lama dipraktikan, tetapi belakangan porsi impor kian
tak terbendung seiring meningkatnya konsumsi dan menyusutnya produksi BBM.
Tahun lalu, impor BBM 32 juta-35 juta kl, lebih kurang setengah dari kebutuhan
BBM nasional. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan impor BBM 10 tahun lalu
yang 5 juta kl. Dengan jumlah impor BBM yang besar ini, eksposur fluktuasi
pasar minyak internasional terhadap keamanan pasokan BBM-ketahanan energi
nasional-terbilang membahayakan. Jika harga minyak dunia tinggi, dengan
sendirinya biaya BBM juga meningkat, subsidi menggunung, dan APBN kian
terpangkas.
Postur APBN semakin ramping, ruang fiskal kian
menyempit, sehingga belanja untuk kepentingan lain, seperti infrastruktur,
pendidikan dan kesehatan, jauh berkurang.
Tak hanya itu, fluktuasi pasar minyak intenasional
juga langsung diserap APBN, mengakibatkan APBN sering direvisi. Dalam satu
tahun anggaran, revisi bisa berkali-kali. Ini untuk menyesuaikan asumsi harga
minyak dengan haraga internasional yang berlaku. Ini perlu mengingat asumsi
APBN mengenal harga minyak Indonesia (ICP) merupakan fungsi dari harga minyak
internasional dan berpengaruh, baik terhadap perhitungan penerimaan negara
maupun perhitungan besarnya subsisdi BBM.
Penerimaan negara dari sektor migas beersumber dari
PPh migas dan PNBP migas yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun. Tahun
lalu, Rp 289 triliun atau sekitar 17 persen dari total penerimaan negara. Di
lain pihak, kenaikan volume volume BBM impor, yang sering diikuti kenaikan
harga harga BBM impor, menyebabkan belanja subsidi BBM meningkat. Sepuluh tahun
lalu, belanja “hanya” Rp 35 triliun, tahun lalu Rp 216 triliun. Ditambah
subsidi listrik (Rp 93 triliun), subsisdi energi Rp 310 triliun. Penerimaan
negara dari migas praktis habis untuk subsidi energi, yakni BBM dan listrik.
Eksekusi Kebijakan
Dalam 10 tahun mendatang, gap kebutuhan dan produksi
akan terus membesar kecuali dibangun beberapa kilang baru. Saat ini, produlsi
BBM dalm negeri hanya mampu memenuhi 40 persen konsumsi BBM nasional jenis
bensin. Dengan melihat kecenderungan konsumsi BBM jenis bensin saat ini, pada
2025 perlu sekurang-kurangnya 10 kilang baru, masing-masing berkapasitas
300.000 bph. Pembangunan tiga kilang baru, yang menurut rencana on-stream 5-8 tahun mendatang hanya
mampu mereduksi sepertiga dari impor BBM bensin, belum memenuhi semua kebutuhan
domestik.
Kebijakan impor dan subsisdi BBM yang
kini berlaku memang mampu mempertahankan harga BBM tetap terjangkau masyarakat
luas, tetapi juga berdampak negatif cukup serius, mulai dari bengkaknya
konsumsi BBM, dan ketidakpastian APBN dalam menyediakan fasilitas sosial dan
mendasar lain. Di samping upaya penghematan tak kunjung ada hasil, memproduksi
BBM di dalam negeri juga terkendala kapasitas kilang dan pasokan minyak mentah.
Menaikan harga terkendala persepsi kemungkinan gejolak sosial.
Tentu pemerintah kini tengah menggodok
strategi jitu untuk mengatasi membengkaknya konsumsi BBM sekaligus mengurangi
konsumsi BBM. Beberapa opsi penting untuk dikaji. Pertama, segera kurangi
ketergantungan impor BBM dengan cara bertahap membangun kilang di dalam negeri.
Kedua, segera melakukan penjaminan pasokan minyak mentah melalui melaui kerja
sama dengan negara-negara kaya akan minyak mentah, seta mengupayakan
peningkatan produksi minyak mentah di dalam negeri.
Ketiga, secara bertahap menaikkan harga
harga BBM di dalam negeri dan memfokuskan target target subsidi BBM pada
sektor-sektor yang mampu membuka lapanagan kerja bagi masyarakat miskin,
seperti nelayan, sektor informal, dan usaha kecil. Keempat, secara cermat segra
mengkaji potensi the true social unrest
akibat kenaikan harga BBM dan memisahkannya dari gejolak sosial yang
direkayasa, serta melakukan upaya mitigasi risiko/potensi gejolak sosial.
Kelima, menekan konsumsi BBM melalui diversifikasi energi, dengan memamfaatkan
bahan bakar gas, terutama di sektor transportasi dan pembangkit listrik.
Opsi-opsi itu sudah tentu bukan hal
baru. Yang penting bagaimana mengeksekusi strategi itu mengingat banyak pihak
terlibat dan berkepentingan. Menurunkan harga BBM harus merupakan bagian dari
orkesta strategi meningkatkan ketahanan energi secara nasional. MONTTY GIRIANNA Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan
Pertambangan Bappenas
2.
Kesalahan
Penulisan Tajuk Rencana Mengakhiri Subsidi BBM
Dalam tajuk rencana ini terdapat
kesalahan penulisan baik dari ejaan atau mungkin penulis salah menulisnya,
penulis akan mengangkat kesalahan yang ada di dalam tajuk rencana ini, adapun
kesalahan dalam penulisannya adalah sebagai berikut :
a. Dalam
paragraf ke enam kata yang dalam penulisan kata dalam bahasa Indonesia itu
tidak boleh diawal paragraf :
Yang
justru lebih mengkhawatirkan, tren peningkatan konsumsi BBM ini tidak dibarengi
peningkatan produksi BBM. Bahkan, produksi cenderung menurun.
b. Penulisan
kata risiko harusnya resiko yang ada dalam paragraf 16 :
serta
melakukan upaya mitigasi risiko/potensi
gejolak sosial. Kelima, menekan konsumsi BBM melalui diversifikasi energi,
dengan memamfaatkan bahan bakar gas, terutama di sektor transportasi dan pembangkit
listrik.
c. Penggunaan
kata-kata singkatan yang kurang jelas seperti kata gap, terdapat pada paragraf
ke 13 :
Dalam
10 tahun mendatang, gap kebutuhan dan
produksi akan terus membesar kecuali dibangun beberapa kilang baru.
3.
Kelebihan
dan Kekurangan Tajuk Rencana Mengakhiri Subsidi BBM
a. Kelebihannya
adalah sebagai berikut :
1. Memberikan
informasi yang aktual tentang masalah BBM saat ini.
2. Memberikan
solusi untuk mengatasi masalah BBM ini.
3. Memberikan
pandangan kepada masyarakat tentang BBM bersubsidi dan permasalahannya.
4. Dari
segi ekonomi dapat memberi imbalan uang karena hasil penjualan tajuk rencana
ini.
b. Kekurangannya
adalah sebagai berikut :
1. Banyak
menggunakan kata-kata yang mungkin kurang dimengerti oleh masyarakat luas
seperti magnitude, intake, gap, bph, the true social unrest, on-stream hal ini
akan menjadi suatu pertanyaan dalam masyarakat yang kurang mengerti.
2. Cara
pandang dalam tajuk rencana ini terkesan mengajak agar kedua belah pihak saling
mengerti dengan keadaan energi saat ini.
3. Kebanyakan
yang ditulis hanya masalahnya saja, sehinngga kurang menarik para pembaca.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Tajuk rencana adalah opini berisi pendapat dan sikap
resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual,
fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Tajuk rencana
cirinya merupakan opini redakasi, berisi suatu masalah, tentang pemikiran
subjektif redaksi. Dalam tajuk rencana terdapat aspek-aspek fokus sebuah tajuk
rencana yaitu: Judul, Latar Belakang Masalah, Tokoh, Masalah, Peristiwa yang
Disampaikan, Opini Penulis, Saran dan Solusi Permasalahan, Kesimpulan, Sumber Berita, Anggota Redaksi, selain itu juga
tajuk rencana mempunyai sifat seperti Krusial dan ditulis secara berkala, menyikapi
situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, Memiliki
karakter atu konsistensi yang teratur, Terkait erat dengan policy media atau
kebijakan media yang bersangkutan.
B.
Saran
Setiap suatu kegiatan pasti ada manfaatnya dan
kegiatan yang positif akan memdapat balasan yang positif, untuk itu dalam hal menulis tajuk rencan harus
memperhatikan situasi masyarakatnya, agar tajuk rencana itu tidak bersifat
propokatif. Dan selamat mencoba membuat tajuk rencana.
Makasih bgt bro info nya, sangat bermanfaat buat anak saya. hehe
BalasHapusJangan Lupa mampir ke blog EXPO Lowongan Kerja Terbaru ane ya Lowongan Kerja BUMN Terbaru